Park Chung Hee diktator yang Merintis Kemajuan Korea

Korea yang kita ketahui sekarang bukanlah gambaran yang patut kita bayangi saat kita mengingat kondisi negara itu beberapa dekade lalu. Korea Selatan pada tahun 1960-an merupakan negara yang miskin akibat dampak dari penjajahan Jepang dan perang saudara telah memporak-porandakan segala sendi kehidupan masyarakat Korea.
(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Park_Chung-hee_1963%27s.png)

Pendapatan dan pertumbuhan ekonomi mereka pada masa itu jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Bahkan ekonomi mereka setara dengan negara-negara Afrika yang baru merdeka.

Tidak ada gambaran kemajuan teknologi yang kita temui untuk membayangi masa depan negara itu menjadi negara modern. Korupsi, kemiskinan, kelaparan, lingkungan kumuh, ketergantungan dengan bantuan asing, serta trauma atas penjajahan dan ancaman dari saudara mereka di Utara telah menghantui setiap pikiran masyarakat Korea.

Sudah jelas, mereka tidak bisa berkutik. Korea bukanlah negara yang berkelimpahan sumber daya alam, sehingga bisa diharapkan untuk menopang kehidupan pascaperang.

Oleh sebab itu, mereka harus berpikir dengan otak bagaimana agar mereka dapat memiliki kehidupan layak yang lebih baik.

Sekali lagi, pada dekade itu tidak ada yang membayangkan bahwa Korea bisa menjadi negara maju dalam waktu cepat. Bahkan Douglas MacArthur pernah berkata kalau Korea Selatan butuh 100 tahun untuk pulih dari kehancuran perang.

Namun, itu keliru! Negara yang bernama asli Daehan Minguk itu berhasil menjadi negara maju dalam waktu singkat dan mampu memukau banyak para ekonom serta masyarakat dunia.

Apa yang melatarbelakangi kemajuan Korea, sehingga dapat bisa menjadi begitu signifikan? Kuncinya ada pada pemimpinnya.

Pada dekade 60-an, Park Chung-Hee yang merupakan seorang jenderal militer beserta beberapa perwira melakukan kudeta terhadap pemimpin negara yang sedang dipegang oleh partai demokrat.

Park Chung-Hee merupakan anak orang miskin yang berbakat. Ia mampu lulus dari Universitas dan diterima di kesatuan militer yang ditugaskan di Manchuria. Penjajahan Jepang dan tugas militernya di Manchuria mempengaruhi bagaimana cara pandang Park dalam menjalani roda pemerintahannya.

Kudeta itu dilakukan pada pertengahan tahun 1961 dan secara langsung membuat tampuk kepemimpinan dipegang oleh Park. Park adalah seorang yang idealis, tegas, disiplin, dan cukup otoriter. Karena sifat militernya yang otoriter itu, ia menjadi kontroversi di era kepimpinannya dan sering dicap diktator.

Namun, tidak ada yang bisa menampik jasa Park dalam kemajuan ekonomi Korea sekarang.

Dengan kebijakan dan janjinya kepada rakyat Korea demi masa depan yang lebih baik, ia mulai membentuk berbagai departemen ekonomi dan mengeluarkan program ekonomi 5 tahun. Program yang ambisius ini diragukan banyak orang, tapi terbukti mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Program 5 tahun inilah yang menjadi faktor penting dalam lompatan Ekonomi di bawah rezim militer Park. Program ini berisi rencana pembangunan berorientasi industri, serta rencana pemberdayaan manusia dan peningkatan ekonomi berorientasi ekspor. Program ini sangat bagus, tetapi Park mendapati masalah dalam penerapannya karena memakan dana yang besar.

Park pergi meminjam ke sana ke mari. Ia meminjam ke Amerika, Inggris dan negara-negara barat lainnya, tetapi semua negara itu menolak. Lumrah, orang miskin kerap kali diremehkan.

Namun saat itu Jerman Barat jeli melihat peluang, karena apabila Park berhasil, maka Jerman Barat untung.Oleh karena itu, Jerman Barat pun bersedia memberikan pinjaman.

Jerman yang ketika itu industrinya sedang maju pesat membutuhkan tenaga murah dari Korea, maka Park pun mengirimkan putra-putri Korea untuk bekerja di sana. Dengan sokongan Jerman Barat, kini Park pun mulai beraksi.

Ia memulai program itu dengan menasionalisasikan bank-bank, pembukaan kawasan industri, redominasi mata uang, pensinergian antara pemerintah dan swasta, serta yang paling kontroversial adalah pemulihan hubungan dengan Jepang.

Ini merupakan langkah berani yang diambil oleh Park, jika mengingat sentimen anti-Jepang dan rasa trauma yang masih membekas di setiap ingatan masyarakat Korea kala itu.

Namun, kembali mengingat visi misi Park. Pemulihan hubungan dengan Jepang membawa hal yang positif bagi Park untuk melakukan lompatan ekonominya. Dana yang dikucurkan pihak Jepang serta transfer ilmu dalam bidang industri dan teknologi berhasil berkontribusi bagi kesuksesan pembangunan ekonomi ini.

Tidak cukup sampai di situ, kebijakan yang dikecam oleh oposisi salah satunya adalah pembangunan jalan tol Seoul-Busan-Gyeongbu Expressway. Bagi negara seperti Korea dengan kondisi yang terpuruk, jalan tol bukanlah kebijakan yang tepat menurut pihak oposisi. Tapi sekali lagi, Park membuktikannya dengan hasil yang nyata serta bukti bagaimana tol tersebut mampu menunjang industri yang didirikan Park.

Pada tahun 1965 dan seterusnya, prioritas Park tentang kebijakan peningkatan Ekspor terlihat hasilnya. Peningkatan produksi dan kontruksi mencapai titik yang cukup memuaskan. Industri padat karya sempat menjadi industri dengan pengekspor terbesar yang menghantarkan Korea mencapai kenaikan neraca perdagangan. Kemudian kebijakan terkait para Chaebol yang didukung dari dana kucuran Park mampu menghasilkan hal yang fantastis.

Bertahap tapi pasti, perusahaan-perusahaan yang dulunya hanya perusahaan kecil dalam waktu yang cepat dapat menjadi perusahaan berskala besar. Produk-produknya pun mampu membanjiri pasar luar negeri dan bisa bersaing dengan produk-produk dari Amerika, Jepang, dan Eropa hingga kini.

Pertumbuhan ekonomi yang di prakarsai oleh Park ini kelak akan dikenal dunia internasional sebagai “Keajaiban Sungai Han”. Sebuah fenomena di mana hanya dalam beberapa tahun pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa mengalami lompatan yang besar dengan nilai ekspor yang mengagumkan dalam berbagai sektor.

Park dan rezimnya memang berhasil membangun dasar ekonomi Korea menjadi lebih baik. Ia juga bisa mengatasi krisis ekonomi global dengan memanfaatkan menjadi peluang yang bisa menambah devisa negaranya. Namun pada tahun 1971-an ketika dimulainya industri berskala berat, ia juga mulai bersifat diktator dengan menerapkan beberapa kebijakan seperti penambahan masa jabatan presiden, penjagaan institusi/ sekolah-sekolah yang diketahui ingin berdemonstrasi, serta melakukan amandemen konstitusi yang baru bernama ‘Yushin Constitution’ pada tahun 1972.

Dalam konstitusi baru, ia bermaksud untuk memberikan kekuasan lebih, sehingga presiden berhak menunjuk sebagian lebih anggota untuk duduk di Majelis Nasional. Tak sampai di situ, dengan konstitusi ini ia bisa menyetir media dan sikapnya terhadap pihak oposisi pun semakin keras.

Rezim Park berakhir pada 1979 ketika ia dibunuh oleh kepala intelijen (KCIA) yang merupakan seorang teman baiknya sendiri, Kim Jae-Gyu. Cukup menyedihkan ketika mengingat bahwa ia adalah orang yang beberapa kali lolos dari ancaman pembunuhan orang Korea Utara (bahkan sempat Istrinya yang menjadi korban), tetapi malah meninggal di tangan orang kepercayaannya. Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa motif Kim Jae-Gyu melakukan perbuatannya.

Terlepas dari segala sikapnya yang keras, tidak bisa dipungkiri kalau Park memiliki jasa yang benar-benar besar untuk kemajuan Korea hari ini dan ia akan selalu dikenang dari generasi ke generasi.

Mungkin kebebasan berdemokrasi pada era itu merupakan harga yang harus dibayar dan dikorbankan oleh Park dan masyarakat Korea demi mengatasi kemiskinan parah.

Park berhasil menjadi pioneer untuk kemajuan dan kemandirian ekonomi negaranya hingga mendapat julukan "Macan Asia". Kebijakan pembangunan ekonominya dijadikan contoh oleh banyak negara. Ia berhasil membawa masyarakat Korea sejajar dengan negara-negara maju di belahan barat

 

REFERENSI             

https://www.facebook.com/110196607258211/posts/126733442271194/?app=fbl

https://tirto.id/park-chung-hee-bapak-pembangunan-korsel-yang-mati-dibunuh-ejU2 https://www.tribunnews.com/nasional/2020/02/14/cerita-karni-ilyas-telusuri-korea-selatan-di-era-diktator-rambut-cepak-semua-rokok-hanya-1-merek

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Park Chung Hee diktator yang Merintis Kemajuan Korea"

Posting Komentar