Islam di Andalusia

Oleh: Mela Rosita 

Islam merupakan agama yang berkembang pesat, karena memiliki sikap toleran yang tinggi. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (632 M), ekspansi Islam terus dilakukan dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Umayah IV, al-Walid. Peta Islam terus meluas, Tariq ibn Ziyad ibn Abdul al-Laythi, seorang muallaf, masih remaja dari Lowata, anak suku Berber, berhasil menaklukkan Andalusia, 711-715 M. Andalusia terletak di Benua Eropa Daya, dengan batas-batas di Timur dan Tenggara adalah Laut Tengah, di Selatan Benua Afrika yang terhalang oleh Selat Gibraltar, di Barat Samudera Atlantik, dan di Utara oleh Teluk Biscy. Pegunungan Pyrenia di Timur Laut membatasi Andalusia dengan Perancis.

Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah yang dikenal dengan sebutan Semenanjung Iberia (kurang lebih 93% wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vandalusia. Sebutan itu berasal dari kata Vandalusia yang berarti negeri Bangsa Vandal, karena bagian Selatan semenajung itu pernah dikuasai oleh Bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara oleh Bangsa Goth pada abad ke-5 M.  Bani Umayah merebut wilayah ini dari Bangsa Goth semasa al-Walid I.

Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memprihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat 1, 2, dan 3. Kelompok masyarakat kelas 1, yakni pengusasa, terdiri atas raja, para pengeran, pembesar istana, pemuka agama, dan tuan tanah besar. Kelas 2 teridiri atas tuan-tuan tanah kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kelas dua. Masyarakat kelas 3 terdiri atas para budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka garap. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas, atau membajak.

Penaklukan kekuatan Islam Andalusia disambut antusiasme rakyat kelas II-III. Mereka berharap banyak terhadap cahaya ajaran Islam rahmatan lil alamin. Islam mengajarkan bahwa bumi dan semua isinya adalah milik Allah dan bagi mereka yang mengerjakan serta membuatnya subur, dia berhak untuk menikmati hasilnya. (Karim, 2003 [3]: 56). Mereka mendengar prinsip keadilan yang dijalankan Tariq di Tangier, yaitu semua manusia memiliki derajat yang sama, tidak ada kelebihan orang yang berkulit putih dari yang hitam, orang Arab dari yang bukan Arab, demikian pula sebaliknya. Manusia yang paling tinggi derajatnya adalah yang paling baik akhlaknya, yang paling bermanfaat bagi kemanusiaan. Hal ini menggugah hati mereka dan tertarik pada ajaran Islam. Berdasarkan  atas permohonan para pengungsi Vandalusia yang tertindas yang berada di Afrika Utara dan permintaan langsung Count Julian kepada Musa agar menyelamatkan Vandalusia dari kekejaman Roderic.

Atas izin khalifah (al-Walid), Musa mengirim 500 tentara di bawah panglima Tarif ibn Malik Nakhi (Juli 710 M) dengan 4 armada laut sampai Pelabuhan Tarifah. Kemudian dikirim kembali tentara sejumlah 7.000 orang di bawah panglima Thariq. Kemudian dikirim kembali bantuan tentara, sehingga jumlah keseluruhan tentara menjadi 12.000 orang. Perang berkobar pada 17 Juli 711 M dan berlangsung selama 7 hari dan tentara Goth akhirnya dapat ditumpas, sedangkan Roderic melarikan diri dengan perahu dan tenggelam. Dengan demikian tentara yang besar dapat dikalahkan oleh tentara Muslim yang sedikit dengan bekal teknis perang, dan iman. Perjalanan pasukan Tariq ke Cordova disambut dengan gegap gempita. Ada sekitar 400 orang Kristen yang bertahan di kota itu. Mereka diberi tawaran memilih Islam atau mengakui kedaulatan Islam dengan membayar Jizyah. Mereka menolak dan memilih perang. Akhirnya mereka kalah dan wilayah antara Almeria di Selatan dan Valencia di Timur jatuh ke tangan Tariq. Dalam waktu singkat satu persatu wilayah jatuh ke tangan Tariq sampai menembus ibu kota Toledo tanpa perang.

Tariq bawahan Musa, tidak mengindahkan perintah Musa. Musa mencambuk Tariq karena ketidaktaatannya, kejadian itu cepat dan berakhir damai. Sumber sejarah banyak menginformasikan, bahwa mereka bersama-sama menaklukkan Aragon, Saragosa, Barcelona, Asturica, Legio, dan Amaya. Selanjutnya Tariq ditugaskan menaklukkan Spanyol Barat Laut, Galicia. Saat Musa-Tariq berada di Lugo (Lak) , surat kedua dari khalifah memerintahkan untuk pulang ke Damaskus. Akhirnya mereka meninggalkan Andalusia. Sebelum pulang Musa menempatkan puteranya, Abdul Aziz sebagai penguasa Andalusia dengan Seville. Dalam perjalanan pulang datang surat ketiga, berisi perintah “segera pulang”, karena khalifah sakit keras. Namun datang surat lain dari Putera Mahkota, Sulaiman, menyatakan agar Musa menunda kepulangannya sampai khalifah al-Walid wafat. Musa tetap pulang.  Musa dan Tariq sampai di Damaskus, Februari 715 M sekitar 40 hari sebelum wafatnya al-Walid. Sulaiman gusar (715 M) ia mencabut wewenang dan menyita kekayaan Musa. Akhirnya Musa dna Tariq mati dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, dalam keadaan seorang diri. Penaklukan atas Vandalusia memberi dampak positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan budaya.

 

Sumber:

https://panjimasyarakat.com/2019/04/14/mengapa-islam-lenyap-dari-andalusia/

https:/www.kompasiana.com/amp/ayakaifaa/mengenal-islam-di-andalusia

Diakses pada Senin, 08 Juni 2020 pukul 09.30 WIB

Karim, M.Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book      Publisher.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Islam di Andalusia"

Posting Komentar