Di
Kala Black Death Memakan Dua Pertiga Populasi Eropa
Penetapan WHO mengenai status COVID-19 sebagai pandemi,
membuat saya teringat pada sejarah dunia
abad ke-14 yaitu wabah black death yang melanda eropa hampir
setengah abad lamanya dan memakan nyawa 60% populasi disana. Sejarah pahit abad ke-14 tersebut sungguh
tidak akan pernah terlupakan dalam catatan sejarah dunia.
Dewasa
ini, penyakit PES mungkin
terdengar asing. Wabah Black Death(PES)
sangat mengerikan, dikarenakan tercatat telah memakan lebih dari 50 juta jiwa di Eropa. Penyakit
ini juga menyebar ke belahan dunia lain seperti Timur Tengah,
India,dan Tiongkok. Jika diakumulasikan
secara keseluruhan, maka tercatat lebih dari 75 juta jiwa direnggut. Diduga wabah yang sama juga melanda setelahnya di benua Eropa pada abad ke-18, beruntungnya wabah ini berhasil dimusnahkan saat awal abad ke-19,tetapi masih terdapat beberapa kasus di belahan
dunia yang lain.
PES disebabkan oleh bakteri yersinia pestis yang terdapat dalam kutu tikus. Terlebih tikus hitam yang kediamannya berada di dekat manusia. Sebagian kalangan berpendapat bahwa PES masuk melalui
perdagangan jalur sutra, tetapi hal
ini dibantah. PES kemudian
menyebar ke wilayah
bumi belahan barat melalui migrasi tikus
coklat Rusia yang punya daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan tikus
hitam.Namun,kutu-kutu pada tikus tersebut
kemudian menghinggapi tikus hitam ditempat migrasinya. Tikus yang terkena PES umumnya bertahan
sepuluh hingga empat belas hari,kemudian mati. Kematian massal tikus tersebut membuat
gerombolan kutu mencari inang baru, yang mana tiga hari kemudian kutu-kutu kelaparan itu pun
bersarang ditubuh manusia sebagai pengganti tikus.
Persebaran PES juga
terjadi melalui
kapal dagang Italia. Tikus berkutu ikut naik ke kapal,menyusup ke dalam karung-karung dan keranjang. Dalam perjalanan laut
itu banyak tikus yang terinfeksi PES yang kemudian mati.Namun,kutu-kutu
tetap bertahan hidup.Para kutu mencari tikus baru begitu mendarat. Kutu
tikus punya daya tahan hidup lebih tinggi daripada kutu rambut. Mereka mampu
menyesuaikan diri di sarang barunya.Awalnya, kutu tikus akan menempel di baju,
lalu menular dari satu orang ke orang lain.
Kapal-kapal
dagang Italia itu mengangkut banyak muatan dari beberapa kota, seperti Venice,
Genoa, London, dan Bruges. Di London dan Bruges, perdagangan Italia terhubung
dengan Jerman dan Norwegia. Dari jalur perdagangan inilah PES menyebar ke semua
penjuru Eropa.
Di Inggris, wabah PES meluas sampai ke daerah selatan London, kemudian berlanjut hingga ke Eropa Utara. Wabah PES ini sampai di Oslo pada musim gugur 1348 melalui kapal dagang Inggris yang berlayar ke arah timur dan tenggara. Black Death di Norwegia masuk lebih cepat dibanding ke Jerman dan Belanda.
Di Inggris, wabah PES meluas sampai ke daerah selatan London, kemudian berlanjut hingga ke Eropa Utara. Wabah PES ini sampai di Oslo pada musim gugur 1348 melalui kapal dagang Inggris yang berlayar ke arah timur dan tenggara. Black Death di Norwegia masuk lebih cepat dibanding ke Jerman dan Belanda.
Namun,
dikarenakan penyebarannya melalui kutu tikus, PES di Eropa hanya muncul ketika
suhu menghangat dan menghilang ketika musim salju. Di Norwegia misalnya,
sepanjang 1349 hingga 1654 tidak pernah ada wabah PES ketika musim dingin.
Biasanya, epidemi merebak lagi begitu musim semi.
Tingginya
angka kematian akibat PES sangat membuat
Eropa terkejut. Fanatisme dan semangat akan religi berkembang di eropa
karena wabah ini.Beberapa kelompok di Eropa mulai menyerang dan membantai
minoritas atau seperti Yahudi,Biarawan,orang asing,pengemis dan peziarah.
Meraka mengira dengan melakukan hal itu akan membantu mengatasi wabah.Pengidap
penyakit kusta dan orang-orang yang memiliki kulit atau yang memiliki jerawat
yang parah,biasanya akan dikucilkan, karena para dokter pada masa itu kehabisan
ide untuk menjelaskan penyebabnya. Masyarakat Eropa mulai mengubah sudut
pandang astrologi,gempa bumi, dan sumur yang dicemarkan oleh orang Yahudi
sebagai alasan untuk penyebab wabah.Pemerintah di Eropa tidak dapat
menyelesaikan masalah karena mereka tidak tahu mengenai penyebab dan cara
penyebaran
wabah
pada abab ke 14 tidak dimengerti oleh orang pada saat itu.Mereka menganggap
Black Death adalah kemarahan Tuhan.Terjadi banyak serangan terhadap masyarakat
Yahudi di Eropa pada saat itu. Banyak komunitas Yahudi dimusnahkan hingga
pertengahan abab ke-14,yakni 60 komunitas besar dan 150 komunitas kecil Yahudi
dimusnahkan.
Kendati
memakan banyak korban jiwa, banyak orang berhasil bertahan dari wabah
PES.Mereka yang bertahan ini membentuk imun tubuh yang kuat sehingga lebih
sulit terjangkit wabah penyakit. Kondisi ini bertahan cukup lama. Profesor WJ
Simpson dalam A Treatise On Plague menjelaskan bahwa di Eropa Barat selama abad
ke-18 dan 19 wabah PES sudah menurun, bahkan terbilang jarang.
Epidemi
ini tercatat baik dalam sejarah kesehatan Eropa dan meninggalkan trauma
mendalam. Alhasil, ketika PES masuk ke daerah Jawa pada tahun 1910, orang-orang
Belanda panik. Kebijakan yang sangat intensif pun dibuat untuk menanganinya.
“Walaupun kita sebelumnya pernah terserang penyakit cacar, tapi cara-cara
penanganannya tidak segencar penyakit PES yang tidak hanya lewat pemberian
vaksin tapi juga isolasi dan bumi hangus desa,” kata Martina.
Ketika
wabah PES memasuki Timur Tengah juga memakan korban jiwa di sana, namun ilmuwan
dan dokter muslim disana mampu menanganinya serta mempunyai cara untuk
mengatasinya dan menganjurkan penduduk
di sana agar hendaknya menjaga kebersihan. Walhasil tidak terlalu banyak
memakan korban. Berbeda halnya dengan cara penanganan yang dilakukan di Eropa,
yaitu dengan mebantai Yahudi dan banyak kucing dibunuh karena dianggap penyebab
wabah. Memang kala itu dunia muslim sedang berada pada masa kemajuannya.
Sementara Eropa menyebut zaman itu dengan zaman kegelapan(Dark Age) .
REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Maut_Hitam
0 Response to "Di Kala Black Death Memakan Dua Pertiga Populasi Eropa"
Posting Komentar