Oleh: Zahra Arifia Shaumi
Warna kulit
manusia, selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruh oleh kondisi
geografis. Warna kulit manusia penduduk wilayah tropis cenderung menjadi lebih
gelap. Karena wilayah tropis lebih beresiko terpapar radiasi sinar UV yang
berbahaya. Hal itu menjadikan tubuh memproduksi lebih banyak melanin untuk
menangkal efek buruk dari sinar UV.
Sedangkan warna
kulit manusia penduduk wilayah subtropis cenderung lebih cerah, sebab mereka
lebih jarang terpapar sinar UV, akibatnya mereka tidak terlalu banyak
memproduksi melanin.
Jadi, apa
itu melanin dan pentingnya bagi manusia?
Warna kulit
manusia dipengaruhi oleh produksi melanin dalam tubuh. Melanin adalah pigmen
berwarna cokelat gelap hingga hitam yang diproduksi oleh sel melanosites. Melanin
ini berguna untuk menjaga kulit dari paparan sinar UV yang menyebabkan kanker
kulit.
Kemudian, apakah warna kulit manusia bisa berubah?
Berdasarkan temuan para ilmuwan ternyata hormon esterogen dan progesteron bisa memengaruhi warna kulit. Esterogen bisa membuat warna kulit menjadi lebih gelap, sedangkan progesteron bisa membuat warna kulit menjadi lebih cerah.
Lalu bagaimana dengan warna kulit orang Indonesia?
Untuk kita orang Indonesia yang tinggal di sekitar Khatulistiwa, cenderung memiliki kulit berwarna sawo matang, hal ini ternyata berguna untuk menangkal paparan sinar UV yang cenderung lebih banyak. Maka dari itu kita perlu bersyukur dan menemukan kriteria kecantikan kulit yang sesuai dengan tempat tinggal kita. Karena cantik tidak harus putih.
Sumber:
Reni, Utari. 2020. Warna Kulit Manusia Bisa Beragam Karena Ini. Sehatq.com. Diakses pada 29 Juni 2020.
0 Response to "Kondisi Geografis Memengaruhi Warna Kulit Manusia"
Posting Komentar