Perpustakaan Islam dan Perkembangannya


Oleh : Lia Nur Faizah

https://www.google.com/search?q=perpustakaan+islam&safe=strict&client=ms-android-oppo&prmd=inmv&sxsrf=ALeKk00dobejHvvKYRJQ3RXe_6vBVn324A:1589178930500&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiZzIvtmKvpAhXq7XMBHaWoDuoQ_AUoAXoECA4QAQ&biw=360&bih=648#imgrc=JV_i6FjJEgKMfM

Perpustakaan dalam KBBI diartikan sebagai tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Koleksi bisa berupa buku, majalah dan bahan kepustakaan lain yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan. 

Beberapa koleksi pada periode ummayah yang masih terjaga sampai sekarang. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan mampu menghadirkan catatan terkait aKtifitas kepustakaan dan pengumpulan buku. 

Khalid Bin Yazid (704 M) dikenal sebagai sastrawan sekaligus kolektor buku. Mulanya tradisi pengumpulan buku hanya dimulai perorangan, kemudian diikuti oleh lembaga masjid, lembaga pendidikan. Tokoh khalifah al-Mansur (775 M) disebut-sebut sebagai pendiri cikal bakal perpustakaan. Beliau mendirikan biro terjemahan di Baghdad  pada pemerintahan al-Ma’mun (833 M). Inisiatif itu disempurnakan dengan pendirian Bayt al-Hikmah yang merupakan perpustakaan pelopor kala itu. Bahkan pada masa itu lembaga yang berdiri pada tahun 830 M didaulat sebagai lahan sentral pengetahuan dunia islam. 

Keberhasilan itu terus merembet ke sejumlah wilayah kekuasaan islam. Seperti di Kairo, dinasti fatimiyah membangun Dr al-ilmi, keturunan bani ummayah di kordoba spanyol mendirikan perpustakaan dengan kolksi buku berjumlah 400 jilid. Disamping gerakan pembukuan yang mulai tersorot, dan penggunaan media kertas kian populer dan memunculkan ragam profesi baru, salah satunya penyalin kertas atau (warraq). Tokoh waraq yang tersohor pada 987 M yakni ibn nadim karena menulis sebuah kepustakaan penting dengankaryanya berjudul fihrist. 

Keadaan ini terus berkembang dan mengalami kemajuan. Fernao mendes pinto, seorang penjelajah Portugis melaporkan tentang kemegahan perpustakaan islam abad pertengahan. Ia menyatakan 

“ ... banyak ruangan-ruangan untuk kegunaaan yang berbeda: galeri dengan rak-rak tempat menyimpan buku-buku, ruangan tempat pengunjung dapat membaca dan belajar, ruangan diatur berpisahan itu untuk pembuatan salinan dari manuskrip-manuskrip, ruangan-ruangan yag disediakan untuk pertemuan-pertemuan sastra dan bhakan dalam beberapa hal ruangan-ruangan dipergunakan untuk pertunjukan musik. Senua ruangan dibuat sedemikian mewah dan menyenangkan. Di atas lantai digelar karpet dan lapir-lapik (alas) tempat para pembaca dalam gaya Asia Timur, duduk bersila membaca bahkan menulis. Jendela-jendela dan pintu-pintu tertutup tirai pintu masuk utama memiliki tirai dengan berat khusus agar bisa menghalangi masuknya udara dingin”

Dari laporan tersebut membuktikan bahwa perpustakaan jaman dahulu sangat menarik dalam pengelolaanya. Tidak hanya kalangan pelajar yang dapat menikmati fasilitasnya namun semua orang berhak megakses dengan bebas seluruh fasilitas untuk usaha ilmiah ataupun belajar mengajar. 

Perpustakaan islam terus beradaptasi dengan zaman, kini Perpustakaan islam banyak didirikan di  pesantren, yang memuat koleksi kitab-kitab dari kiyai, entah ditulis langsung oleh pengasuh pondok pesantren tersebut atau kumpulan kitab-kitab masa dulu sampai yang paling terbaru. Kitab-kitab koleksi itu dijadikan rujukan santri ketika melakukan pembelajaran. Di pesantren cara menyimpan kitab ditempatkan dalam satu ruanagn khusus yang kemudian disebut sebagai peprustakaan, koleksi ini diteruskan turun temurun. 

Perguruan-perguruan tinggi islampun kini juga banyak mengoleksi kitab-kitab dari arab dan timur tengah koleksi tersebut dapat diakses langsung ataupun dengan sistem digital yang disebut OPAC, cukup mengetikkan judul ataupun pengarangnya maka akan muncul identitas buku dan tempat penyimpanannya, dalam hal ini koleksi berbahasa arab juga sudah ditransliterasikan jadi sangat mempermudah proses temu kembali sebagai rujukan tugas, skirpsi, tesis, ataupun disertasi dan penulisan-penulisan lain. 

Dan kini transformasi ilmu pengetahuan semakin meningkat seiring berjalannya waktu dan zaman. Revolusi yang cukup besar ini menjadikan manusia berlomba-lomba menyuarakan gagasan dan idenya. Termasuk dalam transformasi perkembangan perpustakaan. Mulanya perpustakaan hanya berbasis materi dan kertas, lalu beranjak menjadi menjadi kertas dan multimedia hal ini tak lantas berhenti, sekarang perpustakaan sudah berbasis digital atau elektronik yang dapat diakses melalui internet.

Perpustakaan islam yang tertua menurut artikel tirto.id akan digitalisasikan, dilansir pada artikel yang berbunyi “ perpustakaan islam al-Qarawiyyin yang berdiri sejak abad ke sembilan di Maroko—diyakini sebagai perpustakaan tertua di dunia akan melakukan digitalisasi koleksi-koleksinya. 
Fungsi dari digitalisasi dalam media selain menyelamatkan naskah, buku, majalah atau semua koleksinya dari pelapukan juga berguna mempermudah kepentingan manusia. Perpustakaan sebagai suatu lembaga penyedia informasi yang sangat penting peranananya untuk menyediakan, melayani pemustaka dalam memperoleh informasi secara tepat, akurat, efektif dan efisien. 

Perpusatakaan konfensional yang dulu sangat diagungkan tidak akan bertahan jika tidak mengikuti perkembangan zaman, kini sudah banyak pepustakaan yang sudah berbasis web atau jejaring sosial. Sistem sirkulasi juga lebih tertata dan meminialisir penyalah gunaan koleksi. 

Tujuan utama dari media sosial untuk perpustakaan adalah membangun antara pustakawan dan pemustaka dalam menginformasikan berbagai aktifitas berkaitan dengan sirkulasi perpustakaan, denda, kritik, saran dan lainnya. 

Kini perpustakaan islam digitalpun sudah ada webnya, yang dinaugi Pusat Kajian Hadist yang mana program ini menghimpun tidak kurang dari 3000 judul kitab dari berbagai bidang disiplin ilmu keislaman yang jilidan ke 3000 an kitab tersebut mencapai 6000 jilid lebih. Perpustakaan ini bisa diakses dengan alamat web perpustakaanislamdigital.com dalam web ini menyediakan akses koleksi al-Quran, hadis, fiqh, ushul fiqh, bahasa, akhlak dan tasawuf, dakwah, tarbiyah, sejarah, ensiklopedi, dan ilmu-ilmu lain. Terdapat juga kitab-kitab populer. Dalam web ini menyediakan kitab-kitab yang sudah didigitalisasi berbentuk pdf yang dapat langsung didownload. 

Keadaan ini membuktikan bahwa perpustakaan tidak akan tergerus oleh zaman ataupun koleksinya hilang dan sejarah akan terhapus. Perpustakaan terus bertransformasi menyesuaikan zaman untuk menyediakan akses informasi yang tepat dan terpercaya kevalidannya.  Perpustakaan islam yang mengalami perkembangan cukup pesat perlu mendapat apresiasi yang luar biasa, apresiasi bisa dilakukan dengan terus merawat koleksi yang ada baik tertulis maupun digital dan menggunakan koleksinya dengan hal yang bermanfaat. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perpustakaan Islam dan Perkembangannya"

Posting Komentar