Kerangka yang Baik Membentuk
Tubuh yang Cantik
Karya : Siti Nurkhalishah
Tubuh manusia terbentuk
atas kerangka. Mulai dari kepala hingga kaki. Kerangka ini yang kemudian
menjadi tempat menempelnya otot, daging, kulit, dan sebagainya. Oleh karena
itu, kerangka menjadi penentu baik atau tidaknya postur tubuh manusia. Sama
halnya dengan sebuah tulisan; jika kerangkanya sistematis, maka tulisan akan
mudah dipahami, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, kerangka menjadi hal
penting yang perlu diperhatikan saat menulis.
Kerangka karangan/tulisan
sering disebut juga dengan outline.
Sebelum mulai mencorat-coret kertas ataupun mengetik, hal yang saya lakukan
ialah membuat outline. Ini merupakan
langkah kedua setelah menentukan tema dan mencari ide. Mungkin langkah ini
terdengar remeh dan terlihat tidak begitu penting, namun setelah dicoba
ternyata disamping membuat penulis tidak lupa hendak menuliskan apa
selanjutnya, juga memberikan koreksi dini sebelum penulisan dimulai. Ilmu ini
saya dapatkan dari Bapak Thoriq Tri Prabowo, M. IP. yang merupakan salah satu
dosen program studi (prodi) Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Saat itu
beliau menjadi pembicara sebuah kuliah umum yang diadakan melalui kolaborasi
antara prodi Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan UIN Raden
Fatah Palembang pada 10 Juni 2021. Beliau menjelaskan bahwa setiap tulisan yang
telah dibuatnya dan kemudian berhasil terbit, terlebih dahulu dibentuk dalam
sebuah outline.
Karena rasa penasaran
akan ajaibnya outline ini, maka saya
pun mengimplementasikannya dalam sebuah Lomba Madilen yang diadakan oleh HMPS-IP
UIN Sunan Kalijaga. Dan yup, it works!
Alhamdulillah saya memperoleh juara I. Mulai saat itu saya sadar bahwa outline bukan merupakan hal yang remeh.
Bahkan bisa dibilang merupakan sesuatu yang determinan.
Setelah selesai pada
urusan outline atau kerangka,
sampailah pada tahap perangkaian ‘daging’ atau isi dari masing-masing kerangka.
Menurut saya, hal ini merupakan tahap yang substansial dalam menulis. Dengan
adanya outline, mengerjakan hal yang
pokok menjadi lebih mudah. Selain itu, maksud dan tujuan tulisan menjadi lebih
terarah. Biasanya saya mengisi bagian yang pokok ini dengan sebuah kejadian
yang relevan, hasil penelitian, atau opini dari pakar sebuah bidang keilmuan.
Di bagian ini yang menjadi kunci utama adalah: membaca. Saat ini teknologi
sudah memanjakan kehidupan. Teknologi memungkinkan kita mendapatkan informasi
di tempat-tempat yang jauh sekalipun tanpa harus berpindah tempat. Kita hanya
perlu mengetikkan kata dari informasi yang dicari lantas ribuan—bahkan
lebih—informasi akan muncul. Orang-orang biasa menyebut fenomena ini sebagai
‘tinggal klik’. Jadi, jika kemudahan telah ada di genggaman dan berkarya dapat
dijadikan pengisi waktu luang, why not?
Beralih pada tahap
pertama menulis: menentukan tema dan mencari ide. Bagian ini menurut saya ibarat
pintu gerbang. Semua tahap penulisan berawal dari sini. Perlu kemantapan yang
‘oke’ di tahap ini sebelum lanjut ke tahap yang lain. Menentukan tema tidak
sesulit mencari ide. Saat dalam penugasan kuliah ataupun perlombaan, tema
tentunya sudah ditetapkan. Kita tinggal berkutat di tahap pencarian ide. Di
tahap pencarian ide ini biasanya ada banyak hal ‘aneh’ yang saya lakukan. Tentu
saja banyak, namun semuanya berkenaan dengan mengasingkan diri dan merenung.
Seperti kita ketahui, bahwa “semakin banyak yang kamu baca, maka akan semakin
banyak yang kamu tulis” merupakan sebuah kebenaran yang terbukti. Namun, pada
tahap pencarian ide saya akan membaca jika usaha pertama tidak membuahkan
hasil.
Mengasingkan diri dan
merenung saya lakukan dengan berlama-lama di kamar mandi. Memang terdengar
aneh. Tapi ini dilakukan jika tidak ada yang mengantre. Entah mengapa bagi saya
kamar mandi menjadi tempat terbentuknya inspirasi. Di saat seperti ini ada saja
yang akan menjadi pusat perhatian. Mulai dari gambar anak kecil dan seorang ibu
di sebuah produk, motif keramik yang dipasang di tembok, bahkan gerakan air
saat terkena gayung. Mungkin penyebab terbentuknya inspirasi adalah karena
kamar mandi merupakan tempat yang sejuk, tidak banyak distraksi baik pikiran
maupun lingkungan, dan di sana tidak ada yang meminta untuk buru-buru. Dengan
begitu, secara otomatis otak merespons dengan memunculkan ide-ide kreatif.
Anehnya lagi terkadang saat keluar dari kamar mandi, ide tadi tiba-tiba hilang
atau terpikir kurang masuk akal. Beberapa dari kita pasti mengalami hal yang
sama. Bukan aneh tapi nyata, melainkan aneh tapi membuahkan karya.
Hanya itu yang dapat saya
share kepada teman-teman terkait
menulis. Saya Siti Nurkhalishah biasa dipanggil Lisa, dari IP A angkatan 2019
ingin mengajak teman-teman pembaca untuk tidak takut menulis. Ide apapun itu,
dari mana pun asalnya, tuliskan saja. Semoga sharing kecil-kecilan ini memberi manfaat dan memberi semangat.
Temukan saya di instagram @sitinur.khalishah, See
you! Salam literasi!
0 Response to " "
Posting Komentar